Selasa, 08 Juni 2010

Petualang Meraing Cita-cita

Dalam drama theaterikal siswa-siswi Madrasah Darul ulum menceritakan sebuah kisah nyata yang mengharukan dan membahagiakan. Drama ini dipersembahkan oleh “TS MADU” dengan durasi waktu 10 menit, dengan tema :

SANG PETUALANG MERAIH CITA-CITA

Pada dahulu kala, di daerah Sumberberas yang sekarang telah terjadi pemekaran Desa dengan sebutan Wringinputih hiduplah seorang Raja yang bernama Wicaksono Djoyo Diningrat, ia mempunyai permaisuri Sriwidari Sekarwangi yang cantik nan jelita.
Kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga sang Raja dan Permaisuri menjadi cerminan suri tauladan bagi seluruh rakyatnya untuk mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warohmah.
Pada suatu hari, mereka mendapatkan anugerah Ilahi yaitu sang Permaisuri menghabarkan kepada baginda Raja atas kehamilannya untuk selalu menjaga dan mendo’akan agar nantinya si janin menjadi anak yang sholeh nan sholehah. Seiring dengan kebahagiaan yang mereka rasakan ujian dari Tuhan pun telah datang yaitu Baginda yang mulia Raja Wicaksono Djoyo Diningrat wafat saat sang janin berusia 6 bulan.
Tiga bulan kemudian lahirlah pangeran muda yang akan mewarisi perjuangan kerajaan dalam mengedepankan pendidikan. Di usia 6 tahun ke tabahan hati pangeran muda di uji saat ibunda Permaisuri Sriwidari Sekarwangi meninggal dunia. Disaat itulah, pengeran muda yang bernama Pramono Notonegoro diajak mengembara oleh pamanya ki Joko Tuo untuk mendalami ilmu Agama, Alam, Aritmatika, Medical, Sosial dan Ketatanegaraan serta ilmu yang bermanfaat bagi kemajuan Kerajaan Wicaksono.
Setelah bertahun-tahun lamanya pangeran Pramono Notonegoro mengembara, ia berniat untuk pulang kemabali ke Kerajaan untuk mengamalkan ilmu yang ia peroleh. Sesampainya disana, ia sangat senang atas sambutan rakyatnya dengan harapan beliau dapat memimpin kerajaan serta mewujudkan Kesejahteraan, Adil nan Makmur.
Perjuangan pangeran Pramono Notonegoro dimulai dari mendirikan Pondok Pesantren Manbaul Ulum, Mengembangkan Madrasah Diniyah, Tahfidul Qur’an, Bahsul Masail fiqhi, Hadrah Islami, dan juga pendidikan formal dimulai mendirikan Taman Kanak-kanak, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum dan Madrasah Aliyah Darul Ulum, bahkan hingga mendirikan Perguruan lanjutan strata S-1 STAIDU (Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Ulum.
Denagn rasa hormat pangeran Pramono Notonegoro memberikan pesan kepada rakyatnya :
“Wahai rakyatku sekalaian, hidup adalah perjuangan, dari seluruh peruangan yang paling mulia adalah menuntut ilmu, dari berbagai ilmu yang paling diridloi oleh Allah adalah ilmu al-Qur’an, dengan ilmu Qur’anlah kita dapat membuka cakrawala luas alam semesta baik mencakup ilmu bumi maupun ilmu antariksa. Oleh karena itu, Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Darul Ulum yang kami dirikan merupakan tempat untuk menuntut ilmu baik ilmu agama, umum maupun teknologi. Kami tidak memberikan janji tapi bukti bahwa lulusan Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Darul Ulum tahun 2010 adalah Lulus 100% dan semoga menjadi orang sukses. Amin.”
Cerita ini adalah kisah nyata yang diadopsi dari berbagai versi kehidupan nyata yang ada. Copy right of authored by TS MADU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Askandar